Sabtu, 20 April 2013

Setan Urip


               Zaman sekarang ini, kita telah ditelusupi oleh orang-orang orientalis yang bermaksud memudarkan ajaran agama Islam yang hanif, khususnya di negeri tercinta Indonesia. Banyak sekali orang kafir bermaksud mengecohkan agama Islam di Indonesia dengan alasan kemajuan zaman modern.  Salah satu contohnya adalah dimana Islam mengajarkan ummatnya tentang barokah dan takzim serta penghormatan seorang murid kepada gurunya, sehingga terciptanya keharmonisan dan kekompakan antara ummat Islam itu sendiri.
Namun hal ini dikecohkan oleh orang-orang kafir barat yang mengatas namakan modernisasi dengan mengatakan bahwa semua manusia adalah sama. Tidak perlu mengagungkan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan sampai kepada pernyataan radikal bahwa Muhammad saw, juga adalah manusia yang sama. Beliau pun bisa salah dan tidak perlu menghormatinya secara berlebihan. Ini merupakan salah satu program pemurtadan yang diluncurkan oleh orang-orang kafir dan musyrik untuk memporak porandakan kaum muslim.
               Dahulu para santri begitu sungkan ketika bertemu, apalagi berhadapan dengan kiyainya. Namun kini, karena hasutan dan doktrin sesat moderenisasi, seorang santri sudah berani memanggil kiyainya dari jarak yang agak jauh. Tragis…!! Kini hilanglah wibawa seorang kiyai, yang akhirnya segala petuahnya tidak lagi menjadi sebuah fatwa. Padahal kenyataan ini, maksudnya, ketika seseorang sudah tidak lagi menghargai petuah- petuah ulama, hanya akan menciptakan alur kehidupan manusia semakin semrawut. Yang bodoh makin bodoh. Yang miskin makin miskin, yang ngebelangsak juga makin nyungseb. Ya, karena itu tadi. Sudah tidak ada lagi nasehat yang dapat diterima oleh hatinya.
               Sekh Konidin termenung di saung kazebo tempat persemediannya, ditemani oleh istri tercintanya. Mereka berdua saling diam, seperti merenung dan menelaah jauh ke dalam relung jiwa. Segala gerak gerik tubuhnya bergerak tanpa sadar, karena fikirannya bukan kepada gerakan tubuhnya, tapi pada perenungan tadi. Dengan gaya khasnya, istri Sekh Konidin menopang dagu dengan telapak tangannya. Sedangkan Sekh sendiri, merenung sambil mengelus-elus jenggotnya. Beberapa santri yang dari kejauhan memperhatikan gelagat kedua gurunya itu, ikut mempraktekan gerakan Sekh Konidin dan istrinya yang mereka panggil dengan sebutan ayah dan bunda. Pada saat Sekh manggut- manggut, beberapa santri yang memperhatikanpun ikut manggut-manggut.
               Memori otak dan jiwa Sekh, menerawang jauh, mengingat kembali akan gelagat dan tingkah laku serta pola fikir kebanyakan saudari-saudarinya yang  di Hongkong, Singapore, Taiwan dan Malaysia. Dimana banyak di antara mereka yang dengan keji memfitnah dan mencemooh beberapa ustadz atau ustadzah yang tidak mereka suka hanya lantaran dianggap menghambat urusan dapur mereka. Ada juga diantara mereka yang ‘nyolot’ gara gara seorang ustadz menghambat popularitas mereka.
               Duh, sepertinya hidup ini cuma ada dua urusan, yakni urusan terkenal dan urusan perut. Sekh Konidin geleng, yang diikuti oleh gelengan kepala beberapa santri yang memperhatikannya. Benak Sekh bertanya, kenapa sih, untuk berbuat baik saja harus dipuji? Padahal Allah menyediakan syurga buat para wanita yang membantu suaminya mencari nafkah, apalagi sambil berdakwah. Tapi mengapa pada saat ia berdakwah dengan mengadakan pengajian, justru malah dinodai dengan keinginannya mendapat sanjungan dari orang lain. Bukankah dengan demikian, syurganya malah berubah menjadi laknatullah? Seharusnya ia mendapatkan keberkahan atas pahala yang berlipat ganda karena telah bekerja di luar negeri dan mengajak orang untuk mengaji, tapi malah menderita dengan persolan hidup, lantaran kepingin terkenal.
Sekh ingat sekali, pada saat beliau menulis sebuah kisah hikmah tentang seorang mantan lesbi yang akhirnya bisa masuk kedalam syurga, namun kemudian mendapatkan kecaman keras dari wanita-wanita yang katanya sholehah yang berada di luar negeri dengan mengatakan, “dasar kamu ini ustadz ‘nggateli’. Ustadz goblok, ustadz ndobol…!!! Apa dalilnya orang lesbi bisa masuk syurga? Kalo nulis, pake otak dooong… Gobloggh…!!!” tapi dengan lembut Sekh menimpalinya.
               “Wah maaf deh, kalau tulisan saya bikin ibu marah. Karena memang saya nulisnya bukan pake otak, tapi pake tangan bu. cuma, kira kira bagian yang mana ya, yang bikin ibu marah banget?” ujar Sekh dengan intonasi bahasa yang sangat ramah dan damai.
               Saya sih belum baca, tapi lesbi itu gak boleh masuk syurga dong. Sebab aku ini sudah delapan kali ditinggalin sama pacar perempuanku. Posisi aku tuh yang jadi perempuannya. Jadi aku bukan lesbi, karena yang namanya lesbi itu kan, perempuan tomboy yang jadi lelaki. Lagian kenapa juga, kamu ngebelain setan lesbi itu. Apa jangan- jangan kamu ini germo-nya para lesbi ya? Wong koyo koe kok ‘urip’ sih? Ini namanya setan urip. Dasar goblogh….!!!”
               Mengingat kalimat terakhir yang dilontarkan oleh wanita itu, lamunan Sekh terhenyak. Kaget dan berteriak. “setan urip…! eh setan urip,” ujar Sekh seperti orang latah. Karuan saja hal itu membuat istrinya ikut kaget dan ngejengkang ke belakang. Huwaaa….!!!” Gubrakkk….!!!
               Akhlaq dan ilmu, posisinya selalu beriringan. Malah, kebanyakan akhlaq itu akan muncul tatkala seseorang sudah sarat dengan ilmu. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa ilmu akan menciptakan akhlaq. Jadi orang yang tidak memiliki akhlak, bisa dipastikan, hanyalah orang yang tidak berilmu. Bagaimanapun bagus penampilannya. layakanya seorang  yang sholeh atau sholehah. Karena penampilan, tidak menjamin seseorang berakhlak mulia.
               Menghormati dan memuliakan ulama, merupakan bukti akhlaq seseorang. Seberapa besar seseorang takzim kepada ulama, menunjukan seberapa bagusnya akhlak yang dimiliki. Padahal, mungkin secara notabene, orang tersebut tidak pernah mendapatkan pendidikan secara formal seperti SMP atau SMA. Tapi kan, ilmu bukan hanya didapatkan dari kelas atau sekolah. Maraknya pengajian di negeri Hongkong, mestinya menjadi ajang para muslimah untuk menimba ilmu. Barangkali dengan begitu, akhlaqnya jadi mulia sehingga ia bisa memuliakan orang orang yang harus dimuliakan. Seperti suami, ulama atau malah  majikan. Loh iya dong, majikan juga perlu di hormati, meskipun tidak sampai pada kategori dimuliakan. Sebab majikan itu, merupakan wasilah datangnya rezeki untuk saat itu.
               Namun ada beberapa hal yang dapat menggugurkan kewajiban seseorang untuk memuliakan suami dan ulama atau menghormati majikan. Adalah ketika mereka sudah memerintahkan kita untuk berbuat dosa atau mendurhakai Allah. Maka, hal itu wajib ditinggalkan.
               Apa cukup hanya dengan meninggalkannya ke Hongkong, ayah?” Tanya bunda sambil ngelus-ngelus kepalanya akibat ngejengkang tadi. “Kasihan dong, anak-anak bunda yang ada di Hongkong. Kalau status mereka masih menjadi istrinya, dimana mereka terus ditekan dan dipaksa untuk mengirimkan uang, sementara uangnya terus digunakan buat berzinah dan main judi. Bukankah itu juga termasuk mendurhakai Allah? Dengan demikian, berarti istrinya secara tidak langsung diajak bekerja sama untuk mendurhakai Allah? Sebab jika tanpa kiriman dari istri, pastinya sang suami tidak akan berzinah dan main judi. Boleh ndak sang istri minta cerai?” Tanya bunda, istri Sekh Konidin.
               Hemmm….”
               Yang jelas dong, yah. Jangan cuma hemmm…. ! Sudah mereka kerja dan cari uang setengah hidup, terus hasil keringatnya dipakai suaminya malah buat nyakitin hatinya. Apa difikir, wanita itu adalah boneka yang ndak punya perasaan? Barangkali kalau mereka diperbolehkan untuk bercerai, mereka akan bisa nabung buat masa depan anak-anaknya,ujar bunda protes. “Sekalian buat modal kawin lagi sama suami yang baru.” Kalimat yang terakhir ini diucapkan bunda, pelan sekali. Sambil ngegremeng.
               Boleeeh….!” ujar Sekh Konidin singkat. “Eh bun, perasaan serial Sekh Konidin edisi ini, lagi ngebahas perihal akhlak deh?! Kenapa pake ngulas masalah istri yang minta cere’ sih? Pokoknya selama suami memaksa minta kiriman duit dari istrinya yang kemudian duit itu dipakai buat berzinah dan berjudi, atau singkatnya segala perilaku durhaka kepada Allah, maka boleh saja seorang istri meminta cerai dari suaminya. Cuma masalahnya, informasi yang bunda dapatkan dari anak-anak bunda di Hongkong itu adalah bahwa suaminya telah menikah lagi, meskipun dengan cara nikah siri, tapi kemudian dinilai sebagai zinah. Padahal antara menikah lagi (poligami) dengan zinah itu sangat berbeda. Barangkali saking kesel dan sebelnya istri dimadu, mereka mengatakannya sebagai zinah. Wah, itu salah kaprah bun. Seorang istri yang meminta cerai hanya karena suaminya menikah lagi, itu yang akan mendapat laknat dari Allah.”
               Hemmm….” Kini gentian, giliran bunda yang cuma berdehem.
               Kenapa cuma hemm? Hadoh, kek. Prikitiw kek. Apa protes kek!”
               Kan katanya lagi ngebahas akhlak, yah! Bukannya seorang istri akan dirajam dengan derita, jika selalu ngeles bila dinasehati suaminya? Nah, bunda ndak mau dibilang istri yang jago ngeles kaya tukang bajay,ujar bunda sambil nyengir manja dan langsung menyandarkan bagian belakang kepalanya di pundak suaminya.
               Terus kalau ada istri yang sering teriak minta cere gara-gara suami belum punya kerjaan, ditambah lagi ada laki lain yang lebih yahud, ngajakin nikah, gimana yah? Ada istri yang tidak bisa memuliakan suami karena merasa dialah mesin pencari uang, gimana yah? Ada wanita yang memfitnah dan mencemooh para ustadz dan ustadzah, gimana yah?”
               Setan uripppp….!!!”
               Ndak boleh ditemenin dong ya, ayah?”
               Buang aja ke empang, biar dicaplok ikan lele…!!!” ujar Sekh Konidin sambil bangkit dari duduk dan  ngeloyor pergi. Karuan saja bunda yang sedang bersandar di pundak Sekh, jadi kehilangan sandaran. Gubrakkk….! Istri Sekh, jatuh lagi. (*)              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar