Sabtu, 20 April 2013

Kecipratan barokah


            Tidak perlu banyak uang untuk bisa bersedekah. Tidak perlu jadi pengurus organisasi juga kalau cuma sekedar untuk menganjurkan orang lain bersedekah. Cukup tawarkan kepada teman jalan untuk bersedekah tatkala melihat ada orang yang
meminta sedekah di pinggir jalan. Seperti Sunarti, ketika ia jalan bareng dengan Suparti. Saat di pinggir jalan ada seseorang yang memegang kotak amal, Suparti seakan berkata-kata sendiri, meskipun kata-katanya ditujukan kepada Sunarti temannya.

            "Duh, sayang aku ndak pegang uang, kalau saja ada yang mau memberi sedekah buat orang itu, mungkin dia akan bahagia dan Allah akan senang, kemudian rezekinya akan dilimpah ruahkan. Apa ada yang mau bersedekah kepadanya ya?"
            Hati Sunarti tersentuh dengan ungkapan kawannya itu. Kemudian ia merogoh saku dan mengeluarkan beberapa koin recehan dan disodorkan pada orang pemegang kotak amal tersebut. Suparti tersenyum seraya menggandeng erat kawannya dan berkata. "Terima kasih ya, kamu baik banget deh."
            Sunarti membalas dengan senyuman ringan.
            Beberapa tahun ke depan, Suparti dilamar oleh seorang lelaki tampan yang sangat  kaya raya. Seluruh kerabat dan keluarga lelaki datang untuk ikut mengusung aneka bawaan lamaran keluarga lelaki. Betapa terkejutnya suparti saat melihat ada Sunarti kawan lamanya.
            "Hei, kamu ada disini?" Tanya Suparti pada kawannya.
            "Aku mengantar adik kandungku untuk melamar. Kamu sendiri, kok ada disini?"  Sunarti balik bertanya.
            "Aku adalah wanita......" Seperti baru tersadar, Suparti hentikan bicaranya, dan serempak mereka berdua terkejut. "Hahhhh???!!!"
            Sungguh, betapa janji Allah itu pasti. Maka pantas jika Dia meninggalkan pesan-Nya pada salah satu surat Al-Qur’an yang menceritakan secara khusus akan keberkahan orang yang menganjurkan orang lain untuk memberi makan fakir dan miskin. Dan di surat lainnya menceritakan tentang derita yang akan menimpa orang yang enggan bersedekah, bahkan melarang orang lain bersedekah. Dan inilah yang disebut Allah, di dalam ayat tersebut  sebagai pendusta agama.
            Adalagi  kisah tentang seorang kaya dari Bani Israil yang sedang duduk makan siang bersama istrinya. Di atas meja tersedia segala macam hidangan, di antaranya ada ayam panggang.
            Tiba-tiba seorang pengemis datang mengetuk pintu. Istrinya pun berkata kepada suaminya, Pak, ada pengemis di depan rumah. Kasihan sekali. Apakah kita akan bersedekah kepadanya dgn sepotong ayam panggang?
            Sang suami tiba-tiba membentaknya, Jangan! Usirlah pengemis itu!
            Dunia pun berputar, hari berganti hari dan bulan menjadi tahun. Si kaya yang tadinya bergelimang kenikmatan, berubah menjadi miskin. Istri kesayanganya pun telah ditalak. Sang istri telah kawin lagi dengan seorang laki-laki kaya.
            Kemudian terulang lagi peristiwa lama, si istri makan siang bersama suaminya yang baru, terhidang makanan semeja penuh, di antaranya tentu saja segelundung ayam panggang.
            Tiba-tiba seorang mengetuk pintu dan  mengemis makanan. Sang suami berkata kepada istrinya dengan penuh rahmat, Ambillah sepiring nasi, jangan lupa sepotong ayam panggang sebagai lauknya, dan berikanlah kepada pengemis itu.
            Setelah memberikan nasi dan ayam panggang kepada pengemis, sang istri masuk ke rumah sambil menangis.
            Suaminya sangat heran dan bertanya, Kenapa kamu menangis? Apakah kamu marah karena aku memberi pengemis itu nasi dan ayam panggang?
            Tidak, sama sekali tidak! jawab istrinya.Aku menangis karena ada sesuatu yang sangat ganjil dan ajaib.
            Sang suami jadi penasaran. Apa gerangan yang ganjil dan ajaib itu?
Apakah kamu tahu siapa pengemis yang datang di depan pintu tadi? Sesungguhnya ia adalah bekas suamiku.
            Mendengar itu sang suami segera berkata kepada istrinya, Apakah kamu tahu siapa aku sebenarnya? Sesungguhnya aku adalah pengemis yang datang ke rumahmu dulu itu.
            Lalu, masihkah kita diam? Mari kita perbaharui hidup ini dengan gemar bersedekah dan menganjurkan orang lain untuk bersedekah.
Salam hangat, Bunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar