Selasa, 04 Desember 2012

Asa Yang Terburai 2


Asa yang terburai
Bagian dua
oleh: Mahfudin Arsyad


                Sebetulnya berat hatiku untuk meninggalkan Ardi dalam keadaan begitu. Namun apa boleh dikata, ini bukan hak-ku untuk mencampuri kehidupan orang lain. Apalagi ada keganjilan yang kurasa pada diri pak RT dan ibu setengah baya itu tentang kehidupan Ardi. Tapi... ah, itu bukan urusanku.
                Kumasukkan kunci Harley-ku pada tempatnya. Namun tiba-tiba, seperti teringat akan sesuatu. Aku diam sejenak. Rasanya aku pernah melihat wajah pak RT itu sebelumnya. Sebentar….! Yap, aku ingat! Ingat sekali. Bahkan teramat jelas.
Saat di pertengahan jalan sebelum aku bertemu dengan Ardi, aku berhenti di rumah makan di bilangan Ciasem yang jauhnya hanya beberapa kilometer dari Cikampek untuk sekedar beristirahat, makan dan shalat zuhur. Kulihat pak RT itu bercengkrama bersama beberapa wanita berpakaian minim sambil pesta alkohol. Tanpa sengaja, perbincangan mereka masuk ke telingaku, karena memang jarak antara aku dengan mereka tidak begitu jauh.
                Meski aku acuh dengan apa yang mereka perbincangkan, namun secara otomatis telingaku menyampaikan apa yang didengar ke dalam otakku serta merekamnya. Duh Gusti, dari ceritanya, rupanya pak RT itu seorang lelaki yang suka mempermainkan wanita. Ia bercerita bahwa dahulu ia memiliki kekasih. Sekian lama ia berpacaran dengan kekasihnya, Saminah namanya. Namun mendadak Saminah dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan lelaki lain. Meski Saminah telah menjadi milik orang lain, pak RT tidak mau mengerti. Ia menuntut kesetiaan dari Saminah. Dasar tukang mabok, pak RT mengancam Saminah untuk membunuhnya dengan dalih cinta mati, jika Saminah tidak mau tidur bersamanya.
                Dengan berat hati Saminah mencuri-curi waktu dari suaminya untuk menuruti permintaan bejat pak RT. Akhirnya perzinahan itu terjadi juga.  Merasa niatnya berjalan mulus, pak RT mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Sampai kemudian Saminah hamil. Awalnya suami Saminah tidak tahu bahwa istrinya hamil dengan orang lain. Namun setelah beberapa tahun kemudian, ketika Saminah pergi bekerja keluar negeri, terjadi keributan antara suami Saminah dengan pak RT, entah karena apa. Dalam kondisi mabuk, pak RT membuka semua rahasia yang dipendam oleh Saminah. Karuan saja suami Saminah jadi kalap dan kemudian membanting anak Saminah yang pada saat itu masih berumur tiga tahun. Untung saja seorang ibu tetangganya cepat menolong bocah tak berdosa itu sehingga nyawanya dapat tertolong. Sejak saat itulah, suami Suminah jadi masa bodoh akan kehidupan anaknya sendiri.
                Mendadak aku terkejut bukan kepalang. Jangan jangan…..???!!!
                Aku bergegas turun dari motor Harley-ku dan setengah berlari menghampiri orang-orang yang masih berada di dalam rumah Ardi.
                “Maaf bu, siapa nama ibunya Ardi?” tanyaku kepada ibu setengah baya yang terlihat masih menghitung uang pemberianku buat Ardi tadi.
                Saminah,ujarnya pendek dengan rokok yang masih terselip di bibirnya tanpa berhenti menghitung duit.
                Astagfirullah….!” Jantungku hampir saja copot. Namun aku coba untuk bersikap wajar. Perlahan kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Kulakukan hal itu berulang kali. Setelah kurasa aku dapat menguasai diri, aku duduk kembali di hadapan ibu itu.
                Mohon maaf bu, jika ibu berkenan bolehkah Ardi ikut bersama saya dan tinggal di rumah saya?” tawarku dengan nada rendah.
                Hey, jangan sok jadi pahlawan ya.” Sambar pak RT.  Zaman sekarang ini banyak orang yang berpura-pura baik tapi ternyata durjana. Kelihatannya aja orang kaya, padahal kerjaannya ngejual anak- anak kecil atau malah menyuruh untuk jadi pengemis di pinggir jalan,lanjutnya.
                Wow, wow, wowww…. Sebentar pak RT. Jangan lantas berbicara kasar begitu dong. Ndak baik,ujarku sambil berdiri.
                Halaah, udah deh. Mending sekarang kamu pergi sana. Kalau tidak pergi nanti saya panggil warga dan saya teriakin maling, kamu…!!!” bentak pak RT.
                Yap. Tenang, tenang…! Saya akan pergi. Namun jika pak RT berubah fikiran, silahkan datang ke rumah saya. Ini alamat saya,” ujarku sambil menyodorkan kartu nama kepada ibu setengah baya yang masih menghitung duit.
                Ku starter motor Harley-ku. “Brummm, bruuummm…” tak sengaja kulihat wajah Ardi dibalik jendela kamarnya sebelum aku mulai beranjak pergi. Entah mengapa dada ini terasa sesak sekali memandang wajahnya yang lugu dan pasrah itu. Ah… kutarik nafas dalam-dalam, kuhembuskan dan kutancap gas meninggalkan tempat itu.
                Beberapa saat anganku masih melayang memikirkan bocah cilik tak berdosa yang harus menerjang kerasnya kehidupan. Ya Allah, Engkau adalah Tuhan Yang Maha mampu mengatur kehidupan ini. Engkau Tuhan Yang Maha Bisa menjaga setiap hamba-Mu. Jagalah Ardi. Sayangilah ia. Tambahkan kekuatannya dalam menerjang hidup ini. Allah Gusti, Tuhan semesta alam, tiada yang dapat menolak kehendak-Mu. Maka jadikanlah kehendak Ardi sesuai dengan kehendak-Mu.
                Tanpa terasa air mataku berlinang membasahi wajahku. Lekas kuusap agar tidak menghalangi pandanganku.
                Kunikmati setiap hempasan angin yang menerpa wajahku. Sesekali kutolehkan pandanganku terhadap apa yang menarik bagiku. Ketika telingaku mendengar suara tarling yang begitu kencang, segera kuarahkan mataku untuk melihat apa yang terjadi. Ow, rupanya ada artis jalanan yang menggunakan gerobag sebagai studio musiknya, sementara seorang wanita ber-make up menor bernyanyi sambil mengoyang-goyangkan pinggulnya dan berjalan dari rumah ke rumah. Aku tersenyum kecil. Tak sadar jalan dihadapanku berlubang besar. Kuhantam dan motorku oleng. Kemudi jadi tak terkendali…. Huwaaaa…. Jeburrrr….!!! Harley-ku mengajakku berenang di galengan sawah.
                Beberapa orang berlari menghampiriku. “Alhamdulillah, emang dasar orang baik, selalu saja ada orang yang datang menolong,” ujarku dalam hati. Ketika orang-orang datang mendekat, mereka langsung mengangkat motorku dan membiarkan aku yang masih terduduk berendam setengah badan di pinggir sawah.
                Hahhh…???!!!” aku melongo kaya orang bego. Ketika orang orang masih dalam upaya penyelamatan Harley, syukur ada juga seseorang yang berteriak, “pengemudi motornya kemana nih?”
                Merasa ada yang mencari, aku menjawab teriakan itu. “Saya disini maaassss…!!!”
                Seseorang yang tadi berteriak menghampiriku. Bathinku bergumam, alhamdulillah.” Namun tak disangka dan tak diduga, tiba-tiba orang yang mendekatiku itu menghujat persis di depan wajahku.
                Orang kampung, jangan mimpi punya motor bagus kaya gitu yaaa….!!!” Kemudian ia pergi lagi meningglkanku.
                Aku melongo lagi. Kali ini lebih bego dari orang bego.
                Merasa tak ada yang memanjakan aku dengan mengangkat tubuhku, kuputuskan untuk bangun sendiri dan berdiri. Ajaib. Allah telah menyelamatku tanpa lecet sedikitpun. Barangkali ini adalah keberkahan dari sedekah yang pernah kulakukan. Sebab memang Rasulullah pun bersabda demikian. Inna sodaqota tanfa’ul bala. Sesungguhnya sedekah dapat menghalau malapetaka. Rupanya beginilah cara Allah membalas kebaikan seorang hamba. Pada saat hamba itu sangat membutuhkan pertolongan, maka Allah akan memperhitungkan seberapa banyak kebaikan sang hamba untuk menerima balasannya pada saat itu.
                Setelah semua orang percaya bahwa aku adalah pemilik motor besar itu, aku di persilahkan pergi melanjutkan perjalanan panjangku. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar