Minggu, 25 Maret 2012

lesbi didalam syurga

Ada sang lesbi didalam syurga
(cover story)
Lama juga aku tidak bertandang ke negeri beton, hongkong setelah juni 2011 lalu,. Karena memang aktivitasku yang lumayan padat. Dimana aku harus mengurus dua pesantren yang baru berusia dini, disamping itu dunia bisnis tidak bisa kutinggalkan, mengingat pesantren yang ku kelola dihuni oleh sebagian besar orang orang yang tak mampu, sehingga aku harus berjuang keras mencari pendapatan guna menutupi kebutuhan mereka.
Setelah kepulanganku dari hongkong kemarin, baru beberapa hari dirumah, aku harus terbang lagi menuju eropa untuk mengklarifikasi urusan bisnisku yang agak sedikit bermasalah. Maklumlah, tidak mungkin bagiku untuk menetap dinegara itu, lantaran ada kepentingan lain yang harus kulakukan dinegri sendiri. Sehingga segala sepak terjang yang dilakukan oleh pegawaiku di eropa sana, tidak bisa maksimal dapat kupantau. Meski segalanya telah kupasrahkan kepada Allah, namun hukumNYA yang berupa kausa prima telah mengikat alam ini. Dan aku termasuk bagian dari alam ini yang harus tunduk terhadap sunatullah itu. Aku harus get action membenahi segala yang menjadi akibat dari sebuah sebab.
Kepergianku kejerman tanpa sepengetahuan siapapun. Maksudku, agar aku bisa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sebab jika mereka tahu bahwa aku akan bertandang kesana, pastinya mereka akan mengkondisikan keadaan agar seperti tidak terjadi apa apa. Dari bandara, aku menggunakan taksi menuju kantorku. Namun betapa terkejutnya aku, ternyata kantorku sudah pindah tanpa sepengetahuan diriku. Lebih malangnya lagi, lantaran kecerobohanku, tas yang berisi dokumen dan uang  serta handphone yang kubawa dari rumah, hilang dinegri orang. Bingung mau menghubungi siapa, padahal semua nomor penting ada di handphone itu. Setelah lama ku berdiam diri mengingat ingat kembali nomor mobil taksi yang tadi kutumpangi, hasilnya nihil. Sama sekali tak dapat kuingat. Aku hanya bisa terduduk lemas di pinggir trotoar jalan dekat kantor. Untung saja pasporku, rapih kusimpan dalam jasku.
Dihalte sebrang jalan, kulihat ada wanita menggigil dalam posisi bersedekap dan membungkuk. Lama juga kuperhatikan wanita itu. Otakku berfikir bahwa wanita itu  sepertinya sangat kedinginan. Dari wajah dan kulitnya, ia bukan asli orang pribumi. Aku yakin, dia juga adalah visitor seperti aku. Kuhampiri wanita tersebut, kemudian kutanya.
“are you fine?”
“cool….” Jawabnya dengan suara bergetar. Lekas kubuka jasku dan kuberikan padanya. Wanita itupun langsung menyambar jas yang kusodorkan. Setelah mengenakan jas, wanita itu kemudian berdiri dan langsung menghentikan taksi. Lalu menghilang dari pandanganku terbawa oleh taksi yang ia tumpangi.
“astagfirullah….!!!” Aku kaget bukan main sambil menepuk jidat. Pasporku terbawa dalam jas yang dikenakan wanita itu. “ya Allah, sempurna sudah kesembronoanku”
Tak tahu apa yang dapat kuperbuat. Kuberjalan mengikuti kemana kaki melangkah, tapi kemudian otakku berfikir untuk mencari konsulat jendral republic Indonesia dinegara itu. Hemmm, kucoba bertanya Tanya kepada setiap orang yang kulewati, namun hasilnya tetap nihil. Semuanya menggelengkan kepala.
Hari semakin gelap. Kurasa ini sudah waktunya magrib. Ku berhenti disebuah taman. Berwudhu dan kuhadapkan wajahku kepada sang pencipta langit dan bumi. Hawa dingin mulai menyeruak keseluruh tubuhku. Perutkupun sudah mulai berteriak meminta haknya. Kukatakan dalam hati, “sabar, tidak mungkin Allah akan membuatmu kelaparan sampai mati. Kulanjutkan perjalananku. Malam kian beranjak larut. Tubuhku semakin lemas. Mataku berkunang. Dan tak terasa aku jatuh dipinggir jalan. Semua menjadi gelap. Mata, otak dan fikirankupun gelap. Aku taksadarkan diri.
Saat kubuka mataku, bau obat menusuk hidungku. Oh, rupanya aku sudah berada dirumah sakit. Aku bertanya kepada suster yang merawatku tentang siapa yang membawaku ketempat ini, mereka menceritakan kejadiannya hingga polisi membawaku kerumahsakit ini. Selang berapa lama, tiba tiba ada orang Indonesia dating menghampiriku. Rupanya beliau adalah KJRI untuk negara jerman itu yang mendapat laporan dari pihak kepolisian setempat tentang diriku.
Singkat cerita, aku dibawa ke kantor KJRI. Aku ditanya ini dan itu. Dan kuceritakan semua tentangku dan hingga aku berada dijerman ini. Kemudian mereka berjanji akan membantuku menyelesaikan perkaraku.
“Alhamdulillah….” Ucapku kehadirat Allah ta’ala.
Setelah kulaksanakan sholat zuhur di musholah kecil yang berada di KJRI itu, tiba tiba ada seorang pegawai dating kepadaku dan membisikan sesuatu ketelingaku.
“maaf pak, ada wanita cantik yang mencari bapak di ruang tunggu.”
Aku heran, rasanya tidak satupun pegawaiku yang mengetahui keberadaanku disini. Bathinku terus bertanya hingga kakiku beranjak menemui wanita misterius tersebut.
“masya Allah….!” ternyata dia adalah wanita yang kuberikan jas kemarin sore. Kuhampiri dia danku berbincang bincang dengannya.
(dari mulai bait ini, aku menuliskan percakapan kami dengan langsung terjemah  bahasa Indonesia)
“ namaku biyu fang, dari hongkong “ ucapnya sambil menyodorkan tangan kehadapanku.
“mahfudin” balasku.
“terimakasih atas  kebaikanmu kemarin memberikan baju penghangat buatku. Sesampainya dihotel kemarin,  Pada saat kulepas baju itu dari badanku, ada paspor terjatuh dari dalam saku. Kufikir ini adalah dokumen penting, lalu aku bermaksud memulangkan ini padamu” ujar biyu sambil memberikan pasporku. “kamu ceroboh sekali ya” lanjutnya.
“betul, aku memang sangat ceroboh, hingga bahkan tasku yang berisi dokumen, uang dan handpone ku pun hilang terbawa taksi……” lalu aku menceritakan semua kejadianku secara detail  hingga aku terdampar di KJRI ini.  Entah, aku sendiri heran mengapa aku begitu polos menceritakan semuanya kepada orang yang baru kukenal.
Kemudian aku melihat biyu menitiskan airmata mendengar ceritaku, ia meraih tanganku, menggenggam dan meremas.  Aku merasa risih, perlahan lahan kulepas genggamannya. Sebab jika secara langsung, khawatir membuatnya tersinggung. Rupanya gelagatku terbaca olehnya.
“tenang saja, aku adalah seorang lesbi, yang tidak akan jatuh cinta kepada lelaki.”ujarnya terus melepaskan genggamannya. “tiga hari yang lalu aku dating ke jerman ini bersama kekasih lesbiku. Kami bermaksud liburan dan bersenang senang. Tapi kemudian ternyata dia berkhianat dibelakangku. Rupanya dia memilih jerman ini karena ada wanita yang dicintainya juga berangkat kesini. Dan mereka bertemu lalu berkencan tanpa sepengetahuanku. Dia hanya memperalatku untuk bisa sampai ketempat ini. Kuakui memang aku sudah terbius oleh cintanya. Meskipun dia sama wanita sepertiku, tapi aku merasakan kehangatan cinta yang kemudian cinta itu membuatku lupa segalanya. Hamper sebagian kekayaanku telah dihabiskan olehnya, cinta telah membuatku buta. Aku rela segala yang kupunya dihabiskan olehnya asalkan ia tetap bersamaku. Namun rupanya ini adalah titik akhir dari semua kegilaan ini.” Cerita biyu sambil sesekali menyeka airmatanya. Kuambilkan tisyu yang ada diatas meja dan kuberikan padanya. Biyu banyak sekali bercerita tentang kehidupannya, seakan akan kami telah lama akrab. Ada canda, ada tangis dan gelak tawa dalam perbincangan kami. Tak terasa, jam ditangan sudah menunjukan waktu ashar. Aku mohon diri sejenak dari biyu untuk melaksanakan sholat ashar. Biyu mengikutiku dari belakang, dan menyaksikan ibadahku. Sejak saat itu, biyu sering dating ke tempatku untuk mengajakku berjalan jalan dan bercerita tentang berbagai hal. Hingga tibalah waktu kepulanganku ke Indonesia.
Komunikasi kami tiada terputus meski kami telah berada dinegaramasing masing. Hingga pada tanggal 27 januari 2012, saat aku harus bertandang ke negri biyu, hongkong, untuk memberikan tausiyah buat saudari saudari muslim dinegri beton itu, aku menelpon biyu ketika sudah mendarat dibandara hongkong. Ku sms kan alamat apartemen tempat penginapanku. dan Ia pun dating menemuiku.
Kami terlibat pembicaraan yang sangat hangat sekali, mungkin lantaran telah beberapa bulan tidak bertemu. Dari mulai perbincangan penuh canda hingga yang paling serius, terus menyambung seakan tiada putusnya.
“aku curiga, sepertinya kamu ini, tokoh agama ya? (ustadz), kok dari pembicara’anmu selama ini, bijaksana sekali. Jangan jangan, aku bisa jatuh cinta beneran sama kamu loh!” ujar biyu setengah meledek.
“howww… tenang aja, aku homo kok, jadi tidak mungkin jatuh cinta terhadap wanita, huahahaha….” Ledekku mengulang kalimat biyu ketika pertama kali bertemu. Kami berdua tertawa lepas. “eh, ngomong ngomong, gimana cara kamu bisa melepaskan diri dari dunia lesbimu itu?” tanyaku penasaran.
“hemmm, sebenarnya gampang kok, tinggal buang aja handphone dan nomorku, dan semua keneraka deh. Tapi sayangnya, pada waktu itu aku belum tega untuk melakukannya, jadi, ya terus saja terjerumus didunia itu. Tapi sekarang, tekadku sudah bulat. Akan akan merubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Aku ingin hidup normal layaknya wanita. Layaknya manusia yang punya cinta dan punya Tuhan. Cuma…..” biyu menghentikan kalimatnya dan tertunduk.
“jika dalam 12 hari ini kamu bisa selalu bersamaku, maka aku akan mengenalkan Tuhan kepadamu. Gimana?”  tawarku.
“setuju!” jawab biyu dengan semangat dan mata yang berbinar.
Mulai sejak itulah biyu banyak bertanya tentang islam kepadaku. Dan kujawab berdasarkan rasionalitas semampuku. Sebab aku takut bila kujawab dengan bahasa ‘langit’ jiwanya tidak akan sependapat dengan  logikanya. Kuajak dia untuk mengikuti pengajian di tsim tsa coy pada sabtu sore. Lucu juga saat pertama kali melihat ia pakai jilbab. Karena memang itu syarat yang ku berikan pada biyu jika ia ingin mengikuti pengajian ku. Keesokannyapun kuajak lagi biyu untuk mengikuti pengajian di lapangan basket wanchai.
Hari senin tanggal 30 januari 2012, pagi, biyu sudah dating ke apartemenku. Dia menarikku untuk pergi ke taman victoria. Sepertinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan terhadapku.
“mef….” Biyu memanggilku dengan mef. Tadinya dia memanggilku dengan sebutan ‘din’, tapi aku langsung protes. Kuteriak padanya, “emang aku tukang cendol, dipanggil ‘din’. Ogaaaahhh….” Dan biyu tertawa hingga terpingkal pingkal.
“apakah dalam ajaran islam, lesbi itu termaafkan?” Tanya biyu penuh harap.
“islam mengajarkan, bahwa dosa sebesar apapun akan termaafkan, asalkan pelakunya mau benar benar bertaubat dan merubah diri menjadi lebih baik.”
“mengapa ada halal dan haram. Mengapa juga ada dosa dan pahala dalam islam, mef…?”
“Segala yang halal dan berbuah pahala, itu adalah kebaikan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh manusia itu sendiri. Ketika seseorang berbuat baik, jiwanya akan merasa bahagia, dan itu adalah pahala. Sebaliknya, haram dan dosa itu adalah suatu perbuatan yang akan membuat pelakunya menderita. Oleh karenanya, ketika seseorang telah berlinang dosa, kemudian ia mau memohon ampun dan menyesali perbuatannya serta berbenah diri untuk mencari kebahagiaan dengan berbuat sesuatu yang telah di atur dalam agama islam, maka dosa dan penderitaannya-pun akan tertutupi dengan kebahagiaan jiwanya. Demikianlah sinyal Tuhan mengampuni segala dosa.”
“mef, aku tertarik sekali dengan segala tindak tandukmu selama ini. Kamu baik, sopan dan mampu menghargai aku, orang yang hina ini. Tadinya kufikir hanya dirimu saja yang bisa berbuatseperti itu, tapi ternyata, semua saudara saudara muslimmu di pengajian beberapa kali itu, mereka sangat ramah, sopan dan aku merasa dihargai sekali. Aku ingin sekali menjadi saudara mereka, menurutmu bagaimana?”
“kamu baru bisa menjadi saudara mereka jika kamu juga muslimah seperti mereka. Demikian junjungan kami nabi Muhammad bersabda. Innamal mu’minuna ikhwah, sesungguhnya sesame muslim itu bersaudara, maka perbaikilah selalu hubunganmu terhadap mereka.”
“mef, aku ingin bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan nabi Muhammad adalah utusanNYA. Bantu aku mef…!!!”
Mendengar ketulusannya, mataku berkaca. Dan setelah kubimbing untuk bersyahadat, sejak saat itu biyu mulai belajar sholat.
Berhari hari, selama ku berada di hongkong, ia terus belajar agama. Dari mulai membaca iqro sampai cara menutup aurat. Hingga ketika aku berangkat ke macau untuk mengisi tausiyah disana, biyu-pun ikut denganku. Tak pelak gossip menyerangku, yang katanya aku sudah punya istri baru-lah, selingkuh-lah, apa-lah. Terserah orang mau bilang apa. Aku sudah terbiasa mendapat cercaan seperti itu.
Sampai kemudian pada tanggal 7 februari 2012 saat aku harus pulang ke Indonesia. Biyu yang katanya akan mengantarku ke bandara, namun sudah sesiang ini, batang hidungnya tak juga nampak. Aku telepon, tak diangkat. Akhirnya harus kurelakan juga, pulang tanpa dirinya. Entah, aku sudah merasa akrab sekali dengannya. Ia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, karena usianya masih 20 tahun. 13 tahun jauh dibawahku.
Dalam perjalanan pulang. Di pesawat aku tertidur. Aku bermimpi diajak oleh seseorang memakai jubbah serba putih. Harum sekali aromanya. Ia mengajakku kesuatu tempat yang indahnya luar biasa. Aku bertanya kepadanya.”tempat apa ini?” lalu orang itu menjawab, “syurga”.  Lalu aku memandangnya jauh kesana. Tiba tiba kulihat ada biyu sedang tersenyum melambaikan tangan bersama bidadari bidadari disana. Kubalas lambaian tangannya dan aku terbangun. Kemudian entah, ada rasa gelisah yang mendalam dibenakku. Aku teringat akan biyu. Ya Allah, mengapa aku se-resah ini? Semoga biyu baik baik saja.
 Sesampainya di bandara soekarno hatta, langsung kuhidupkan handphone ku yang tadinya kumatikan karena berada dalam pesawat. Kutelepon biyu. Kali ini diangkat, namun yang menerima mengaku polisi. Kemudian polisi tersebut menerangkan bahwa biyu telah wafat.
Selamat tinggal Biyu fang. Hanya airmata dan do’aku yang mampu mengantarkanmu pada kekasih sejatimu. Percayalah, Allah lebih mencintai dan menyayangimu. Engkau akan hangat berada dalam pelukanNYA.

1 komentar:

  1. subhanallah, memang rahasia Allah selalu mengejutkan.............jazakallah ust atas kisah ini luar biasa

    BalasHapus